Aku memiliki anxiety skeptis terhadap orang lain dan takut untuk melakukan sesuatu yang baru sendirian. Kecemasanku terdengar sepele, bukan seperti beberapa orang yang menghadapi kecemasan yang begitu parah hingga berdampak pada fisik mereka, seperti jantung berdebar, keringat berlebihan, atau bahkan pingsan. Kecemasanku tidak begitu berpengaruh pada fisik, tetapi jika itu semakin parah, aku merasa seperti pecundang. Dan ketika rasa skeptis muncul, bisa saja aku menjadi rasis. Suatu saat, suamiku menegurku ketika aku mengatakan sesuatu tentang seseorang dengan asumsi tertentu, mengatakan bahwa itu adalah tindakan rasisme. “Jangan rasis. Sudah kukatakan berkali-kali, itu adalah rasisme. Ayo, mulailah berpikir secara hati-hati dan tidak menggeneralisasi sesuatu.” Begitulah yang dia katakan. Untungnya, dia mengatakannya dengan lembut, sehingga aku tidak menangis merasa diintimidasi. Suamiku juga mengatakan bahwa merasa diintimidasi setelah melakukan kesalahan adalah tanda berperan sebagai korban. Itulah mengapa aku diajari berkali-kali untuk tidak selalu merasa diintimidasi ketika orang lain menegurku karena kesalahan yang aku lakukan.
Share