Saya akan memberikan jawaban karena Anda telah memintanya.
Saya sudah lama berusaha mengubur kisah ini, tapi kali ini saya ingin menceritakannya.
Saya ingin tahu apa yang membuat pria selingkuh, jadi saya pernah sengaja pacaran dengan suami orang. Itu kemudian memilih orangnya berdasarkan kriteria tertentu setelah banyak pertimbangan dan pilah. Misalkan pria tersebut jelas sangat kaya dan sukses, dan keluarganya tidak memiliki masalah keuangan.
Dia juga memiliki istri yang cantik dan sexy, anaknya bahkan ada yang kuliah di Amrik. Sebenarnya pekerjaannya cukup sibuk, dan hampir tidak memiliki waktu luang untuk selingkuh. Tapi itulah hebatnya lelaki. Sesibuk apapun dan sesempurna apapun kehidupan mereka, masih aja sempat selingkuh. Dan kenapa dia selingkuh, alasannya simple banget. Dia bilang dia bosan dg kehidupannya yang monoton dan istrinya terlalu mandiri sampai gak pernah membuat Lelaki tersebut merasa di butuhkan. Dan dia ingin merasa di butuhkan dan di dengarkan.
Untuk pertama kalinya kami bertemu, kami makan siang bersama di salah satu mall di Jakarta, dan dia sedang makan siang sendiri di depan meja saya. Kami mengajak kenalan dan kemudian kita bertukar nomor HP.
Selanjutnya, dia memiliki hubungan pdkt dengan saya selama empat bulan setelah mengalami masalah ini. Kami akhirnya mencapai konsensus untuk menjalin hubungan dekat. Tentu saja saya sudah siap secara mental dan menyadari keadaan saya saat ini. Selain itu, saya lulus karena dia memenuhi beberapa kriteria yang membuat saya tertarik. Dia cerdas (yang membuatnya menyenangkan untuk berbicara dengan siapa pun), terbuka (karena dia besar di Amerika Serikat), santun (bukan berorientasi seksual), memiliki sikap yang baik, sehat dan bugar, dan memiliki wajah yang cukup menarik untuk usianya. Intinya, dia cocok dengan saya.
Saya membuat aturan keras agar dia tidak menghubungi saya ketika dia di rumah. Alasannya adalah untuk tetap menghargai privasi keluarga dia. Yaa… meski kadang dia sendiri yang melanggar aturan tersebut entah karena apa. Saya sendiri gak percaya dg adanya rasa kangen kek, cemburu kek atau apa lah dari dia. Intinya saya hanya mau chat selama dia di luar rumah.
Kalau di tanya rasanya.. biasa aja, karena saya gak pakai perasaan. Malah lebih sering mengingatkan dia agar tidak terlalu over. Misalkan ngajak ngopi atau dinner atau lunch di dekat wilayah dia. Awalnya si semua berjalan lancar. Tapi semakin hari dia semakin sering mengajak ketemu, entah nyuruh nemenin lunch, nemenin ketemu klien, nyusul kalau lagi keluar kota, bahkan ketemu teman2 kantornya ( awalnya saya kaget dan marah) tapi ternyata semua teman dekatnya sudah tau tentang saya. Risi…?! Ya jelas.. saya sangat tidak nyaman dalam posisi tersebut.
Dia bahkan dengan sengaja membeli sebuah unit apartemen yang cukup dekat dengan kantor untuk saya, dan dia memberikannya kepada saya. Saya tidak tinggal di sana, hanya datang sesuka saya, karena saya memiliki rumah sendiri dan tinggal bersama anak-anak saya. Dia juga membeli sebuah mobil untuk saya pakai. Apakah saya merasa senang segera? Tidak! Saya malah menjadi lebih waspada. Saya percaya bahwa main cantik tidak melibatkan perasaan saya. Meskipun saya sadar bahwa pria tersebut telah menginvestasikan perasaan dalam hubungan kami.
Sebenarnya kami tidak terlalu sering ketemu dalam waktu yang lama, karena kesibukan dia yang sangat padat. Tapi dia selalu menyempatkan ketemu meskipun sebentar, dan tidak selalu di apartemen , malah di cafe shop gedung kantornya, atau gedung dimana dia ada meeting hari itu, atau pas dinner sebelum pulang. Dan dia selalu menghubungi saya setiap hari.
Bagaimana saya bertahan…?! Saya memiliki kesibukan dan pekerjaan sendiri dan saya tidak terlalu serius dg hubungan kami, saya juga stay dg anak saya. Jadi saya tidak ambil pusing dg urusan keluarga dia. Komitmen awal kami adalah tetap menjaga privasi kehidupan kami masing-masing. Dan saya bukan hidup bergantung dari dia. Meskipun tanpa di minta dia memberikan semuanya. Kenapa dia membelikan apartemen dan mobil, itu ada ceritanya. Ketika itu istrinya minta apartemen dan ganti mobil baru, jadi kenapa dia memberikan hal yang sama ke saya.
Selanjutnya, ketika hubungan kami hampir dua tahun, dia mengajak saya untuk menikah siri, tetapi saya menolaknya karena berbagai alasan dan bahkan meminta putus. Jawabannya jelas: “Tidak mau.” sampai hari yang sangat menyedihkan tiba.
Kami telah merencanakan untuk bertemu di apartemen setelah dia pulang dari luar kota pada pagi hari. Dia tiba di antar supir jam sepuluh malam. Saya membuat kopi dan duduk sambil berbicara, seperti biasa. Namun, dia mengaku mengalami sakit perut. Saya mengamati bahwa dia sangat panas, lalu saya memintanya untuk istirahat setelah mandi karena tampaknya dia tertidur karena sakit. Saya membawa dia ke dokter, tetapi dia menolak untuk melanjutkan pemeriksaan besok. Sepanjang malam, saya terus mengompresnya untuk menurunkan panasnya. Saya menyaksikan banyak panggilan telepon dari istrinya, yang mungkin sudah menyatakan bahwa dia akan pulang dari luar kota. Dia belum pernah mengangkat telepon dari rumah ketika bersama saya.
Satu prinsip/ komitmen dia yang membuat saya respect adalah, ketika dg saya maka dia adalah milik saya, dan ketika di rumah dia adalah milik keluarganya. Sebenarnya dia tidak pernah sengaja menginap di apartemen kecuali barengan lagi ada kerjaan di luar kota.
Tapi malam itu dia memang sudah bilang akan pulang dr luar kota. Makanya istrinya menelpon, saya tau pasti orang rumah sangat khawatir, tapi saya mau bangunkan dia juga kasihan.
Semalaman dia tertidur dengan demam tinggi dan jam 9 pagi baru terbangun, melihat hp dan hanya dia taruh lagi di meja. Tanpa terlihat terburu-buru dia masih minta segelas air putih hangat dan duduk sambil memeluk saya. Setelah ngobrol ini itu, jam 11 dia pamit pulang. Seperti biasa sebelum dia pergi dia akan memeluk dan mencium kening, tapi hari itu dia tersenyum sambil berucap ” Jaga anak-anak dengan baik ya hun… ” Dan itulah pertemuan terakhir kami.
Seminggu tanpa kabar karena ternyata dia masuk ke ICU, seminggu setelah itu saya mendapatkan chat dari temannya sehari setelah dia meninggal dunia. Tepat seminggu sebelum saya berulang tahun. Oktober 2019 yang lalu. Hari itu perasaan saya campur aduk gak jelas. Sedih…kaget… shock.. nangis.. dan bingung.. saya langsung tanya dimana dia di kuburkan. Dan saya langsung makam. Disaat itu saya baru sadar jika saya telah mencintai dia. Tragis kan..
Alhamdulillah, saat pandemi COVID mulai, anak bungsu perempuan saya sudah keluar dari pondok. Dia kebetulan diterima kuliah di PTN di Jakarta, jadi saya tidak terlalu kesepian. Rumah memiliki teman. Karena mereka belajar online, kedua kakaknya yang kuliah di luar kota juga berkumpul di rumah mereka sendiri.
Dalam hubungan kami, ada banyak cerita manis dan lucu. Namun, itu hanya akan menjadi kenangan bagi saya.
Saya minta maaf, tetapi ceritanya agak rumit dan panjang.
NB. Setelah mengisahkan cerita sedih ini , saya mencari2 foto dan ada salah satu foto yang masih tersimpan dan tetap saja dada saya merasa sakit setiap kali melihat foto-foto kami, apalagi setiap mendengarkan lagu kesukaan dia.
Doc pribadi dan tidak untuk di sebar luaskan. Salah satu foto kesukaan saya.