Pada tahun 2019, tepatnya hampir satu tahun setelah menikah, saya dan suami membeli rumah pertama kami. Kami membelinya melalui KPR syariah dengan jangka waktu 10 tahun. Pada awalnya, saya membeli rumah sebagai investasi supaya gaji saya tidak habis begitu saja. Pada awalnya, dia tidak mempertimbangkan untuk ditempatkan. Karena waktu menikah kebetulan, kantor suami memberi saya apartemen untuk tinggal, dan kantor menanggung semua biaya.
Tp berhubung suami sy orangnya ga enakan, dia pun memutuskan untuk membayar tagihan listrik, air dan parkir sendiri. Jd kantor membayar biaya maintenance nya saja. Agak kesel sebenernya waktu itu, tapi ya sudahlah nurut aja haha.
Setelah anak pertama kami lahir pada pertengahan 2019, apartemen kami tiba-tiba terasa sempit dan sesak karena barang-barang kami bertambah banyak dengan cepat.
Semua karyawan kantor suami di suruh wfh hingga akhirnya 2020 tiba dan pandemi melanda. Sejak oktober 2019, saya mengizinkan suami saya untuk menempati rumah yang telah kami bangun. Negosiasi awalnya agak sulit, tetapi akhirnya dia juga mau pindah. Dan alhamdulilahnya, bos nya mengizinkan suami saya untuk melanjutkan wfh karena dia tahu rumahnya cukup jauh untuk ditempuh. Saya berterima kasih atas kebaikan Anda, boss.
Akhirnya kita pindah ke rumah kita yg berada di gunung sindur pada bulan juli 2020. Ga lama dr pindah ,karena pandemi covid sedang parah2 nya kala itu, kantor suami memberitahukan akan ada pot gaji sebesar 40%. Yang mana setelah dihitung2 gaji suami menjadi sebesar 2x cicilan rumah.
Saat itu ada tabungan namun jumlahnya tidak cukup untuk melunasi sisa hutang kpr kami. Akhirnya kami memutuskan ke bank nya dan bertanya langsung berapa tepatnya dana yang perlu kami keluarkan untuk melunasi rumah tersebut. Dan ternyata dari tabungan kami masih kuranh sekitar 30jt.
Suami sempat gelisah karena khawatir akan terkena phk di masa depan, jadi dia hanya ingin uang tabungan untuk pegangan dan biaya hidup sampai keadaan normal kembali. Namun, saya memilih untuk membayarnya dengan menjual perhiasan yang saya miliki dan tabungan pribadi saya sebelum menikah dengan pasangan saya. Hingga akhirnya, kami melunasi rumah tersebut sebulan setelah pindah.
Keputusan yang benar-benar sulit untuk dibuat karena hampir semua uang kami dihabiskan dan kami harus hidup dengan gaji 60% yang biasanya diterima 100%. Tetapi saya bersyukur bahwa rencana ekonomi keluarga kedua mulai meningkat.
Alhamdulilah, pada saat itu bank juga dapat mempercepat pelunasan karena pada saat akad perjanjiannya, rumah tidak dapat dilunasi dalam waktu lebih dari dua tahun. Tp mungkin karena pandemi COVID, bank membolehkan kami melunasi nya dlm jangka waktu 1,5 th.
Dan saat ini kita lagi kpr rumah yang ke 2 di daerah jonggol , dengan cicilan yang lebih ringan tapi luas tanah lebih lega. Alhamdulilah , smoga dimudahkan sampai lunas ya
Ini bonus gambar rumah di jonggol, kalau sudah jadi seperti ini hehe.