Maaf jika ini keluar dari ranah sains, dan ini benar-benar bukan sains atau bahkan pseudosains. Ini mungkin lebih kepada mistika sampai sains mampu memberikan penjelasan dengan metode ilmiah yang terstruktur. Jika tidak bisa, ya tidak apa-apa. Tidak semua aspek pengalaman kita perlu dijelaskan secara ilmiah.
Dalam bukunya *Dream Analysis*, Jung menjelaskan berbagai “kondisi” yang memungkinkan seseorang merasakan keadaan emosional orang lain melalui mimpi. Ia menggunakan konsep “alam bawah sadar kolektif” untuk menguraikan fenomena mimpi yang bersifat prekognitif, prediktif, atau ekstra-sensorik. Untuk menguji teori Jung, saya mencoba menceritakan mimpi saya tentang seseorang yang saya kenal kepada orang tersebut (tentu saja, ini harus diuji! Kita perlu berpikir secara ilmiah).
Menurut Jung, mimpi bisa saja mencerminkan pengalaman orang yang dimimpikan jika Anda memiliki kedekatan dengan orang tersebut. Kedekatan ini mencakup pemahaman yang mendalam terhadap sisi gelap dan terang dari orang itu, dan harus berlaku secara timbal balik. Beberapa praktisi Jungian kontemporer di Reddit menyatakan, “temanmu sudah memberikan izin untuk mengakses alam bawah sadarnya.” Jika kedekatan tersebut tidak ada, maka orang yang muncul dalam mimpi mungkin tidak benar-benar mewakili mereka di dunia nyata, melainkan lebih terkait dengan alam bawah sadar, kepribadian bayangan, atau anima Anda.
Selain itu, menurut Jung, mimpi akan lebih bermanfaat jika Anda menganggapnya demikian. Jika Anda sejak awal mengabaikan pesan-pesan dari mimpi, maka mimpi-mimpi Anda mungkin akan menjadi lebih sederhana, atau alam bawah sadar akan memberikan mimpi yang sama berulang kali hingga Anda menyadarinya. Jung dan murid-muridnya sering menggunakan mimpi pasien untuk memberikan nasihat psikologis, seperti yang dijelaskan dalam berbagai buku-bukunya. Tentu saja, metode Jung memiliki kelemahannya, tetapi kritik terhadap teori Jung sering kali datang dari mereka yang memang tidak menyukai Jung dan teorinya, jadi bisa jadi bias.
Studi tentang mimpi masih berada dalam tahap awal pengembangan dan belum sepenuhnya matang, yang mungkin membuatnya tampak seperti mistik. Kita masih menunggu hasil penelitian neurosains mengenai bagaimana mimpi diproduksi dalam alam bawah sadar (beberapa aspek sudah dibahas oleh Mas Denis di atas). Menganggap mimpi sebagai “fenomena yang tidak berguna” sama saja dengan mengabaikan penyakit mental dengan alasan “kurangnya ibadah”: mimpi itu nyata dan memiliki manfaat evolusioner yang belum sepenuhnya kita pahami.