Banyak orang mungkin belum mengetahui bahwa wanita dengan vaginismus, yaitu ketegangan otot vagina yang membuat penetrasi menjadi sulit atau tidak mungkin, bisa mengalami kehamilan. Kejadian ini cukup sering terjadi dan bukan hal yang jarang di antara para survivor vaginismus.
Dalam tulisan saya sebelumnya, saya menjelaskan bahwa vaginismus bukanlah aib atau hal memalukan—sama halnya dengan batuk pilek. Ini adalah kondisi medis yang memerlukan pemahaman dan perawatan yang tepat. Vaginismus seringkali disalahartikan sebagai masalah psikologis atau ‘mental blocking’, padahal ini adalah masalah fisik yang berada di luar kendali pikiran.
Bagi wanita yang menderita vaginismus, ada beberapa metode untuk mengatasi masalah ini, termasuk dilatasi mandiri dengan menggunakan dilator atau alat bantu lain. Namun, beberapa wanita memilih metode splash pregnancy—di mana sperma disemprotkan di area sekitar vagina—sebagai solusi untuk mencapai kehamilan tanpa penetrasi.
Kehamilan tanpa penetrasi ini bisa terjadi jika sperma yang disemprotkan memiliki kualitas yang baik dan cukup lincah untuk berenang menuju sel telur. Banyak penderita vaginismus yang memilih metode ini untuk mengatasi tekanan sosial terkait reproduksi, meskipun proses persalinan pervaginam bisa menjadi sangat menantang.
Bagi mereka yang mengalami vaginismus, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis yang memahami kondisi ini, seperti dr. Robbi Asri Wicaksono, Sp.OG, yang dapat memberikan dukungan dan perawatan yang tepat.
Jika Anda atau pasangan Anda menghadapi masalah serupa, konsultasikan dengan dokter spesialis untuk memahami lebih lanjut tentang opsi perawatan dan kemungkinan hamil tanpa penetrasi.