Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Apakah hidup yang kamu jalani sekarang merupakan kehidupan yang kamu inginkan?
Orang tuaku kerjaannya duduk di rumah dan menonton TV sepanjang hari. Mereka meringkuk bareng di sofa dengan selimut biru dan penghangat ruangan di depan. Sebuah comedy show Korea sedang ditayangkan. Di keranjang sebelah kiri Ayah ada koleksi makanan ringan, Doritos dan Cheetos. Ibu memilih untuk meRead more
Orang tuaku kerjaannya duduk di rumah dan menonton TV sepanjang hari. Mereka meringkuk bareng di sofa dengan selimut biru dan penghangat ruangan di depan. Sebuah comedy show Korea sedang ditayangkan. Di keranjang sebelah kiri Ayah ada koleksi makanan ringan, Doritos dan Cheetos. Ibu memilih untuk memakan pinggiran roti yang dia potong dari sandwich telur camilan hari Minggu kemarin. Dia tidak suka membuang makanan. Ketika saya memisahkan putih telur dari kuning telur, dia mengatakan kepada saya untuk menyimpan kuning telur sehingga dia bisa memakannya nanti.
Mereka tidak punya banyak teman tetapi mereka juga tidak membutuhkan banyak teman. Mereka saling menertawakan lelucon satu sama lain. Ayah saya meledek ketika ibu saya mengomeli dia karena tidak mengambil kaus kakinya. Mereka saling berciuman bibir setelah seharian bekerja. Ketika salah satu anak mereka pulang (mereka punya 3 anak), mereka suka memasakkan makanan untuk anak-anaknya. Sering kali, mereka duduk dan menyaksikan anak-anak mereka makan. Hanya karena itu membuat mereka senang.
Saya sempat lama kesulitan memahami hal ini. Saya biasa berpikir dalam hati, “Apakah mereka tidak menginginkan kehidupan yang lebih dari ini?”
Lihatlah Elon Musk. Dia mengubah dunia melalui eksplorasi ruang angkasa dan sumber energi alternatif. Lihatlah Uber dan WhatsApp yang merevolusi dunia melalui teknologi.
Lihatlah teman-teman saya di Instagram yang memiliki orang tua yang suka bersosialisasi. Mereka terlihat seperti bersenang-senang bersama. Pesta besar dengan banyak teman. Bukankah itu keren? Tidakkah orang tuaku ingin menjadi seperti itu?
Saya mau. Saya yakin orang tua saya mau.
Tapi mereka juga senang dengan hidup mereka. Ibuku suka memotong roti sandwich untuk dinikmati teman-teman gereja kami. Dia suka makan pinggiran roti berumur 4 hari dari kantong plastik sehingga dia tidak perlu membuang makanan. Ayah saya suka makan Doritos dan menjadi sedikit kelebihan berat badan meskipun dia tahu dia harus makan sehat. Terkadang, saya bertanya-tanya apakah mereka terlalu nyaman dan seharusnya menginginkan lebih.
Lalu aku merenung. Memang siapa aku berhak mengatakan apa yang harus mereka inginkan dari kehidupan mereka? Mereka senang dengan kehidupan yang mereka jalani. Dari situ saya juga belajar untuk bahagia dengan hidup saya.
Saya tinggal di rumah bersama orang tua saya yang membuatkan saya roti pisang dan bertanya apa yang saya inginkan dari supermarket. Saya tidak bisa membawa gadis-gadis dari klub yang mengenakan rok pendek ke rumah, tetapi saya suka roti pisang ibuku. Terkadang saya juga suka meringkuk di antara orang tua saya di sofa dan menonton acara komedi Korea. Saya ingin memiliki tubuh sixpack, tetapi saya sering meminta ayah saya untuk mengambilkan Doritos.
Kadang-kadang, saya ingin tinggal di apartemen mewah di New York atau berharap saya memiliki pengikut Quora sebanyak Sean Kernan. Sepertinya itu kehidupan yang menyenangkan.
Tapi kehidupan yang saya jalani sekarang juga menyenangkan.
Edit:
Foto duo dinamis kesayanganku :

See lessBagaimana usaha Anda untuk memiliki rumah sebelum umur 30 tahun?
Kalau ditanya "Bagaimana usaha saya untuk memiliki rumah?" Mungkin akan dijawab "TANPA USAHA" Tapi sayangnya itu bukan jawaban saya, melainkan jawaban teman-teman atau bahkan saudara-saudara saya. Yup, karena rumah saya ini saya miliki dari hasil jual warisan Almarhum Papa. Sekilas, memang tanpa usaRead more
Kalau ditanya “Bagaimana usaha saya untuk memiliki rumah?”
Mungkin akan dijawab “TANPA USAHA”
Tapi sayangnya itu bukan jawaban saya, melainkan jawaban teman-teman atau bahkan saudara-saudara saya.
Yup, karena rumah saya ini saya miliki dari hasil jual warisan Almarhum Papa. Sekilas, memang tanpa usaha. Lah warisan? usaha apanya sih kalo dapet warisan?
Namun apa mau dikata, pandangan mata memang dapat menipu. Hanya kelihatannya saja saya tanpa usaha. Ok gini, saya ceritakan detailnya deh.
Alhamdulillah, Almarhum papa saya mampu mewariskan sebidang tanah di Jakarta Selatan, seluas 40 meter persegi kepada saya yang letaknya di dalam gang yang jalanannya muat dilewati 2 motor nge-pas, yang tadinya padat penduduk dan penduduknya itu sebagian besar masih ada ikatan keluarga.
Singkat cerita, lingkungan tempat saya tinggal itu menjadi sepi, karena rumah demi rumah dijual oleh saudara-saudara saya ke pengusaha kaya yang memang menyampaikan ke keluarga besar saya kalau mau jual tanah, ke beliau saja, akan dibeli. Yang tadinya ada puluhan rumah, tersisa 3 rumah yakni, 2 rumah keluarga saya dan 1 rumah keluarga sepupu saya.
Beruntungnya, Stasiun MRT dibangun di dekat rumah saya, tidak jauh, jalan kaki hanya 10 menit, kalo naik motor hanya 3-4 menit.
Harga tanah di lingkungan saya yang pada 2016 harganya masih 5jt/meter menjadi 14jt/meter pada tahun 2018.
Karena ada masalah keuangan dan mendapat penawaran harga yang bagus, keluarga saya pun dengan berat hati menjual rumah, saya yang anak ke 5 dari 5 bersaudara ini hanya manut menuruti kemauan ibu saya dan keluarga saja.
Saya mendapatkan jatah saya 40m² di angka 14jt/m², ditotal sekitar 560.000.000 saya dapatkan. Memang banyak bagi saya, karena seumur-umur baru megang uang sebesar itu ya pada saat jual warisan itu.
Dimulailah pencaharian rumah huni baru, saya yang telah menikah dan dikaruniai 2 orang anak laki-laki ini pun berunding dengan istri. Kami sepakat mencari rumah huni baru di daerah Tangerang Selatan dengan alasan agar kalau mau berkunjung ke tempat orangtua masing² itu tidak jauh, sebab ibu saya pindah ke daerah Tangsel dan Mertua saya, sejak istri saya kecil tinggalnya di Tangsel.
Istri saya tidak mau Tanah Kosong, ia mau rumah jadi. Karena jika bangun rumah dari awal dengan uang yang ngepas, ada ketakutan berhenti di tengah jalan dan gak jadi, karena uang nya ngepas kalo untuk beli tanah kosong + bangun.
Saya pikir benar juga, karena setelah saya survey Harga tanah di Tangsel yang dekat dengan kediaman orangtua kita masing², harganya sangat ngepas dengan budget.
Kami gak muluk-muluk, luas tanah minimal 50 m² dan jalan depannya muat dilewati mobil pun cukup, namun karena saya carinya di tangsel yang masih dekat dengan perbatasan Jaksel, Harganya sangat ngepas dengan budget saya, belum untuk bangun-nya, perabotan, segala macam.
Tapi Allah berkehendak lain, ketika membuka aplikasi OeLeX, mata saya tertuju kepada sebuah iklan tanah kosong yang dijual di daerah Tangsel, yang di-iklan tersebut seluas 120 m² seharga 420jt saat itu. saya pikir mungkin mau nih dibagi dua, jadi saya beli setengahnya, karena alasan jualnya itu jual butuh. saya pun menghubungi si pengiklan, dan pengiklan nya menyambungkan saya dengan si pemilik.
Saya pun mengatur jadwal untuk survey ke lokasi tanah tersebut diantar sepupu dekat saya yang juga habis kebagian warisan. Dan saya naksir dengan lokasinya, terletak dikomplek, di dataran tinggi yang tidak banjir, jalanan muat mobil, halaman luas.
Saya pun menyampaikan untuk membeli setengahnya, namun penjual bilang ia ingin menjual seluruhnya.
Saya pulang membawa sedikit perasaan kecewa yang sebabnya karena harapan saya sendiri. Sepupu sepanjang perjalanan mengingatkan, “cari yang lain aja, jangan maksain”.
Sampai di rumah, saya menyampaikan ke istri bahwa saya mau tanah itu, saya mau tawar lagi. Terlihat ketika saya menyampaikan keinginan saya itu, raut wajah istri menunjukkan ketidak sukaan-nya. Kekhawatiran istri akan tidak terbangunnya bangunan rumah jika saya membeli tanah itu, terbaca dari raut wajahnya ketika merespon saya yang menggebu-gebu memuji lokasi tanah yang saat itu barusan saya survey.
Negosiasi terus saya lakukan melalui chat WhatsApp kepada penjual. saya Tawar 320jt, ditolak, saya tawar lagi 325jt ditolak, penawaran terus saya naikan 5 jt, selama 3 hari saya membujuk rayu sang penjual hingga akhirnya deal di angka 365jt dengan catatan biaya surat ditanggung masing-masing.
Transaksi pun dilakukan di notaris, saya mengajak kakak pertama saya yang perempuan untuk menemani, karena kebetulan ia mengerti soal pertanahan.
Total biaya tanah + surat 385jt, sisa uang tinggal 160 juta, karena 15 jutanya saya sengaja untuk beli komputer (untuk usaha online) dan perabotan rumah yang saat itu saya taro sementara di tempat ibu saya.
160jt buat bangun rumah di daerah perkotaan? disinilah letak serunya dan saya merasa usaha saya habis-habisan saya luangkan di sesi bangun rumah ini. Karena ingin membuktikan juga ke istri bahwa keputusan saya ini tepat.
Saya dikenalkan oleh kakak ipar dengan pemborong langganannya, saya diberi advice sebaiknya borong tenaga saja, dan bahan-bahan materialnya beli sendiri.
Saya ikuti saran-nya. Negosiasi ke pemborong, hingga deal di angka 60jt untuk menggunakan jasa tenaga Tukang 4 orang dan asisten 3 orang dengan estimasi 2 bulan jadi ditotal bangunan 70m².
Saya diberi siasat oleh kakak ipar saya yang kebetulan lulusan Teknik Sipil ITS, bahwa kalau mau murah dan simpel, tembok dalam jangan di plester aci, tapi dengan papan gypsum, dipantek ke hebel, bagian-bagian berpotensi terkena air aja yang diplester aci, seperti kamar mandi, bagian luar, dapur, lalu list tembok bawah, gunakan Papan GRC yang anti air, agar kalo ngepel aman.
Setiap hari saya ikut mandori rumah saya sendiri, karena saya yang belanja bahan bangunan di sisa uang 100jt, sambil nunggu Sertifikat rumah jadi yang kebetulan sedang ada Prona dan itu diurus kakak pertama saya.
Di tengah-tengah proses bangun rumah kakak saya memberi kabar bahwa tanah saya seluas 130m² dan akan tercatat di Sertifikat, saya kaget dan menyampaikan ke penjual yang kebetulan saat itu sedang melihat saya sedang bangun rumah.
Saya: “Pak, ini tanah lebih 10m², kemarin saat diukur BPN tanah ini 130m²”
Gak disangka, si penjual bilang “Udah, itu rezeki kamu!”
Alhamdulillah, seperti dapet durian runtuh, gimana nggak? dikondisi uang tinggal 100jt yang itupun saya yakin gak cukup untuk bahan bangunan sampai rumah saya jadi, saya takut diperkarai lagi. Tapi, si penjual dengan entengnya mengikhlaskan 10m² kelebihannya.
Setiap hari saya beli kebutuhan bahan-bahan untuk bangun rumah, hingga akhirnya uang pun hampir habis, bangunan baru jadi setengahnya.
Saya yang saat membangun rumah itu tidur di rumah ibu saya karena agar dekat bolak-balik ke lokasi rumah saya terbaca oleh ibu saya bahwa saya sedang ada masalah, di tengah diamnya saya karena masalah uang, tiba-tiba ibu saya bilang “Lanjut aja bangun rumahnya! gak usah takut gak jadi, besok mama transfer 50jt”
Mood langsung berubah drastis, semangat membangun rumah hadir lagi, mulai lagi belanja-belanja bahan bangunan, Alhamdulillah Pelan-pelan rumah selesai, namun ada sisa 2 hal, yakni mengomprok tembok samping dan memasang konblok di halaman.
Saya tanya pemborongnya harus nambah lagi, saya pun buat penawaran, kalo saya akan tawarkan dia ke saudara saya yang mau bangun rumah, namun biaya ngomprok dan pasang konblok itu Gratisin.
Setuju, selang seminggu saya rekomendasikan ke saudara saya untuk menggunakan tenaga nya, saudara saya mau, karena hitungannya murah, tenaga 7 orang hanya 857rb/m² sampai rumah jadi.
Tembok saya dikomprok, konblok dipasang.
2 bulan pas rumah saya jadi, Usaha saya bolak-balik, ngehitung ini itu, belanja bahan material, izin-izin ke RT, RW, Deketin Satpam Komplek, izin ke tokoh masyarakat sini, deketin preman² sini. Istri bisa nafas lega, kekhawatirannya hilang, karena rumah kami sekarang Layak dihuni. Yup, rumah hasil jual warisan, yang bagi teman dan saudara-saudara saya didapatkan “TANPA USAHA”.
Bagi orang cenderung boros di makanan seperti saya, memanage uang sebegitu banyak (untuk saya banyak) adalah usaha besar. Perjalanan membangun rumah ini salah satu usaha terbesar saya dalam hidup, karena diliputi suka duka yang sangat mendalam.
Dan beruntungnya lagi, setelah dihitung-hitung, Tanah yang saya beli harganya hampir 50% dibawah pasaran disini. Pasaran disini sudah Rp 5jt/m² dan saya beli hanya 2,7jt/m². Bahkan persis disamping saya rumah dengan luas tanah yang sama sedang dijual dengan harga 900jt.
Terimakasih Almarhum Papa saya yang sudah mampu mewariskan harta kepada saya anaknya ini, tanpa sebab beliau, gak tau saya bakal punya rumah atau nggak, karena saya gak mau punya hutang dan paling anti sama mikirin pusingnya bayar cicilan (bukan anti cicilannya ya, tapi anti sama pusingnya). KPR? 10 tahun 15 tahun nyicil, bagi saya beraaaat… Makanya salut untuk mereka yang berani KPR, luar biasa keberaniannya.
Itu pengalaman saya membangun rumah 1 lantai seluas 70m² yang berdiri di tanah seluas 130m² ini:
Terimakasih atas Pertanyaan-nya 🙏🙏🙏
See lessBagaimana cara menghadapi pasangan yang sibuk bekerja dan jarang memberikan kabar?
Sebagai orang yg punya pacar terlalu cuek dan sering ilang ilangan, apalagi kalo udah kejar dateline. Ini trik yg saya lakukan : Cari kesibukan lain. Kalo saya biasanya ngedrakor hehe mayan bisa sedikit mengalihkan atau nonton youtube. Keluar main sama temen. Me time juga bisa Belajar buat percaya.Read more
Sebagai orang yg punya pacar terlalu cuek dan sering ilang ilangan, apalagi kalo udah kejar dateline. Ini trik yg saya lakukan :
Itu sih kalo saya. Semoga membantu 🙂
See lessApakah kata “sore” dalam bahasa Indonesia ada keterkaitan dengan “soiree” dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis?
Kalau di bahasa inggris 'soiree' kayaknya nggak deh..toh soiree arti dalam kamus adalah pertemuan. Kalau di bahasa perancis maaf aku kurang paham..
Kalau di bahasa inggris ‘soiree’ kayaknya nggak deh..toh soiree arti dalam kamus adalah pertemuan. Kalau di bahasa perancis maaf aku kurang paham..
See lessSaat pasar saham jatuh dan semua orang berusaha menjual sahamnya, siapa yang mau membelinya?
Saat Investor Asing menjual 2.1% kepemilikannya saja bisa membuat IHSG minus sampai dengan -30%. Wajib baca kesimpulan. Kondisi pasar modal tahun ini berbeda dengan kondisi pasar modal tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini pandemi berhasil membuat banyak investor panik sehingga beralih ke instrumen yangRead more
Saat Investor Asing menjual 2.1% kepemilikannya saja bisa membuat IHSG minus sampai dengan -30%. Wajib baca kesimpulan.
Kondisi pasar modal tahun ini berbeda dengan kondisi pasar modal tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini pandemi berhasil membuat banyak investor panik sehingga beralih ke instrumen yang memiliki resiko lebih rendah.
Tahun 2019
Jika kita melihat proporsi dana yang dimiliki Investor akhir tahun 2019, investor asing memiliki porsi yang lebih dominan dibandingkan investor domestik, masing-masing 51,9% untuk investor asing dan 48,1% untuk investor domestik. Berdasarkan nilai efek yang tersimpan di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 9 Agustus 2019, investor asing menggenggam sebesar Rp1.907 triliun setara 51,46 persen dari total ekuitas. Sementara, porsi investor domestik tercatat Rp1.799 triliun atau setara 48,54 persen.
Tahun 2020
Hingga penutupan perdagangan Kamis (23/4/2020), porsi saham milik investor asing turun menjadi 49,8% dari sebelumnya sebesar 51,9% pada akhir 2019. Sedangkan sisanya sebesar 50,2% dimiliki oleh Investor domestik.
Ilustrasi:
Jika asumsi total dana di pasar modal Indonesia sebesar Rp. 3.706 Triliun (Rp. 1907 Triliun + Rp. 1799 Triliun)
Tahun 2019
Investor Asing: 51,9% (Rp. 1.923 Triliun)
Investor Domestik: 48,1% (Rp. 1782 Triliun)
Tahun 2020
Investor Asing: 49.8% (Rp. 1.845 Triliun)
Investor Domestik: 50.2% (Rp. 1.861 Triliun)
Perubahan Proporsi Dana dari Tahun 2019 ke 2020
Investor Asing: -2.1% (-77.8 Triliun)
Investor Domestik: +2.1% (+77.8 Triliun)
Mudahnya, saat Investor Asing menjual instrumen saham sebesar Rp. 77.8 Triliun saat kondisi pandemi, Investor Domestik membeli instrumen saham yang dijual oleh Investor Asing.
Kesimpulan:
Dapat diambil kesimpulan saat terjadi kondisi rush/panic selling pada instrumen saham yang dilakukan oleh Investor asing, Investor domestik yang melakukan pembelian instrumen saham tersebut. Karena kepemilikan asing pada Instrumen saham menurun dan kepemilikan domestik pada Instrumen saham bertambah.
Keluarnya dana Investor asing dari pasar saham dalam negeri sebagai kebiasaan investor asing dalam menyikapi kondisi yang dianggap kritis. Saat kondisi tersebut, asing akan beralih ke instrumen investasi yang minim risiko alias safe haven seperti contoh Treasury Bills semacam Surat Berharga Negara di Indonesia (Obligasi Negara).
Coba bayangkan saat Investor Asing menjual 2.1% kepemilikannya saja bisa membuat IHSG minus sampai dengan -30% (Awal tahun 2020 s.d 23 Maret 2020). Apa kabarnya jika Investor Asing menjual 5%?, 10%?, 20%? kepemilikannya akan turun berapa persenkah IHSG saat hal itu terjadi? -50% kah? -70% kah?
Maka dari itu saat kondisi seperti ini ada baiknya kita menjadi Investor yang konservatif, kita tidak tahu proporsi 50% dana Investor Asing itu milik siapa saja. Jika proporsi 50% dana Investor Asing hanya dimiliki beberapa pihak saja, IHSG akan sangat mudah terombang-ambing saat pihak-pihak tersebut mengeluarkan dananya dari Pasar Modal Indonesia.
Pihak-Pihak yang memiliki 50% dana di pasar modal Indonesia menurut pandangan pribadi:
Jika ditelusuri lebih jauh banyak ETF/Reksadana Pasif yang mereka miliki lewat investasi secara tidak langsung pada pasar Emerging Market (Negara Berkembang) melalui pembobotan MSCI. Menurut sumber, jumlah total dana kelolaan mereka lebih besar dari mayoritas GDP (Gross Domestic Product) Negara-negara G20.
Sebagai Contoh:
Bridgewater Associates (Hedge Fund Terbesar di dunia milik Ray Dalio)
Alokasi Portofolio Bridgewater Associates
1. Vanguard FTSE emerging markets ETF (VWO) 15.9%
2. SPDR S&P 500 ETF (SPY) 15.6%
3. ishares Core MSCI emerging markets ETF (IEMG) 9.4%
4. ishares MSCI emerging markets ETF (EEM) 8.7%
5. ishares CORE S&P 500 ETF (IVV) 5.1%
6. GLD Gold Trust (SPDR) 4.2%
7. ishares MSCI Brazilian ETF (EWZ) 3.2%
8. BONDS LQD 2.6%
9. BONDS HYG 2.2%
10. BONDS TLT 2.1%
11. ishares MSCI South Korea ETF (EWY) 1.7%
12. Individual Stocks Diversified (29.3%)
Proporsi:
ETF index 59.6%
STOCKS 29.3%
BONDS 6.9%
COMMODITIES 4.2%
Sumber:
Source: Bloomberg
Modal di Bursa Saham RI masih Dikuasai Asing
Modal Asing Lari Rp 17 Triliun, Investor Domestik Kuasai Pasar Saham – Katadata.co.id
See lessMengapa banyak investor saham yang terjebak di saham gorengan?
Jika anda sudah cukup lama trading, atau sering bergabung dalam group-group saham di media sosial, anda tentu pernah mendengar istilah “Saham sejuta umat atau gorengan”, gelar ini pertama kali disandang oleh saham BUMI di tahun 2008-2010. Pada periode tersebut BUMI menjadi saham yang paling banyak dRead more
Jika anda sudah cukup lama trading, atau sering bergabung dalam group-group saham di media sosial, anda tentu pernah mendengar istilah “Saham sejuta umat atau gorengan”, gelar ini pertama kali disandang oleh saham BUMI di tahun 2008-2010.
Pada periode tersebut BUMI menjadi saham yang paling banyak diperbincangkan setiap harinya, hampir semua investor memiliki, atau pernah membeli saham ini. Namun seiring dengan kejatuhan harga BUMI, gelar itu akhirnya berpindah dari satu saham ke saham yang lain.
Setelah BUMI, sempat muncul saham KARK, salah satu praktisi saham yang cukup berpengaruh pada saat itu sempat mengatakan bahwa saham ini akan menggantikan posisi BUMI (akan menjadi perusahaan batubara terbesar) padahal pada saat itu harga sahamnya baru naik ke level 120an.
Tidak lama setelah itu muncul saham GTBO, saham ini bahkan lebih fenomenal dari KARK, harganya naik dari 50 ke 7.500 dalam waktu kurang dari 1 tahun, jika anda mengira anda salah baca, anda tidak salah, seperti terlihat pada grafik di atas saham ini memang naik 150 kali lipat dari 50 di pertengahan tahun 2011 ke 7.500 di pertengahan tahun 2012.
Setelah GTBO ada cukup banyak saham yang memegang gelar “Saham Sejuta Umat(gorengan)”, dalam 2 tahun terakhir kita mungkin masih ingat saham TRAM dan terakhir BEKS, dan banyak saham lainnya. Saham-saham tersebut pada masanya selalu menjadi ‘trending topic’ di beberapa media sosial khusus saham.
Pertanyaanya : bagaimana nasib investor saham yang telah membeli saham tersebut?
Anda kemungkinan sudah tahu jawabannya, semua saham tersebut jatuh harganya, dan membuat ribuan bahkan mungkin puluhan ribu investor saham mengalami kerugian besar di saham tersebut.
Jika kita melihat dengan sudut pandang yang realistis saat ini, kita tentunya menyadari bahwa saham-saham tersebut bukanlah saham unggulan, dengan fundamental kuat, yang layak dijadikan investasi (disimpan selama bertahun-tahun). Namun kenyataan banyak dari investor yang sudah menyimpan bertahun-tahun saham-saham tersebut karena nyangkut.
Pertanyaan selanjutnya adalah : Mengapa justru saham-saham seperti inilah yang menjadi ‘Saham Sejuta Umat(gorengan)’, mengapa saham-saham seperti ASII, BBCA, TLKM tidak terlalu populer meskipun sudah naik ratusan persen selama beberapa tahun terakhir.
Mengapa saham-saham yang naik secara luar biasa seperti KAEF, INAF, PPRO dan banyak saham lainnya justru kalah populer dibanding saham-saham seperti BEKS, CNKO ?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa kita mengerti jika kita memahami Ilmu Bandarmologi, berikut ini beberapa poin yang bisa membantu anda mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut :
SAHAM TIDAK PERLU POPULER UNTUK BISA NAIK DAN TIDAK SEMUA SAHAM NAIK MENJADI POPULER
Dalam teori market efisien dikatakan bahwa ketika saham naik pepularitasnya, karena berita-berita positif yang muncul pada saham ini, maka akan semakin banyak orang yang tertarik untuk membeli saham ini, dan karena jumlah saham selalu sama, naiknya popularitas dan minat beli terhadap suatu saham akan membuat harga saham ini naik.
Namun dalam teori Bandarmologi, konsep tersebut tidak selalu berlaku, karena teori ini percaya bahwa bandar bisa menggerakan harga saham, jadi saham tidak perlu populer untuk membuat harganya naik. Salah satu contoh aktualnya adalan kenaikan saham TPIA
Grafik di atas menunjukan kenaikan liar biasa saham TPIA yang harganya terus naik dari bulan Juli lalu, sampai sekarang, harganya sudah naik dari 4.000an sampai 16.000an, jika kita berpendapat kalau saham yang populer adalah saham yang harganya naik banyak, maka seharusnya saham ini akan menjadi Trending Topic di setiap group saham, dan sosial media. Namun kenyataannya tidak, dari pemantauan kami di berbagai group, tidak satupun group yang membahas pergerakan saham ini dalam beberapa bulan terakhir.
Jadi terbukti bahwa kenaikan harga dan popularitas saham tidak selalu berbanding lurus.
SETIAP SAHAM GORENGAN HARUS DIPROMOSIKAN UNTUK BISA POPULER
Di atas kita sempat membahas mengenai saham ASII, BBCA, dan TLKM yang meskipun harganya naik, fundamentalnya bagus, namun popularitasnya biasa-biasa saja. Namun saham-saham blue chip seperti ini tetap memiliki kelebihan, karena meskipun sahamnya tidak populer, namun saham ini tetap banyak yang beli, karena setiap reksadana, dana pensiun, investor institusi dan pemain besar lainnya, umumnya aktif jual beli di saham ini, sehingga transaksi di saham-saham ini selalu besar.
Namun berbeda ceritanya dengan saham-saham gorengan atau emiten-emiten yang sebelumnya tidak dilirik para investor ritel seperti, BEKS, CNKO, GTBO, KARK, dll. Saham-saham seperti ini perlu dipromosikan, terutama jika mau dijual ke investor ritel seperti kita. Analoginya kurang lebih sama dengan ketika seorang pedagang mau menjual produk baru ke konsumen ritel, untuk membuat barangnya laku dijual produk ini harus di-iklankan ke publik.
Jadi bisa kita simpulkan, untuk harga saham naik, suatu saham tidak perlu menjadi populer, namun jika suatu saham mau didistribusi (dijual ke investor kecil seperti kita), maka saham tersebut harus menjadi populer.
Itulah kurang lebih penyebab kenapa ‘Saham Sejuta Umat’ justru merupakan saham-saham yang hancur harganya, itulah alasannya mengapa kita mendengar bahwa jauh lebih banyak investor yang rugi di pasar modal daripada yang untung, padahal jika dihitung secara statistik lebih banyak saham yang naik daripada yang turun.
Jaman sosial media seperti sekarang juga membuat BANDAR semakin mudah mempromosikan saham yang mau dijualnya, karena ada begitu banyak komunitas dan group-group saham yang bisa mereka gunakan sebagai sarana promosi.
Itu sebabnya sangat jarang kita menemukan investor atau trader berpengalaman yang aktif dalam komunitas-komunitas saham yang ada, karena ada begitu banyak kepentingan di sana, ada begitu banyak ‘marketing agent’ bandar yang tersebar di berbagai group-group tersebut, yang tersembunyi akun-akun misterius yang tersebar. Itu juga alasannya mengapa di forum-forum tersebut saham-saham yang hancur harganya justru selalu menjadi trending topic.
Saya sendiri hanya menggunakan berbagai media sosial tersebut untuk melakukan ‘research bandarmologi’, untuk melihat saham-saham saja yang sedang ramai di-PROMOSIKAN, karena bukan mustahil saham-saham tersebut justru adalah saham-saham yang akan jatuh harganya. Jadi sebagai investor ritel sebaiknya kita menjauhi saham-saham gorengan yang banyak dibahas tersebut.
Sumber : https://www.creative-trader.com/jebakan-bandar-di-balik-saham-sejuta-umat/
See lessBagaimana cara memilih perusahaan sekuritas yang baik?
Ijinkan saya untuk mencoba menjawab pertanyaan berikut berdasarkan pengalaman saya pribadi. Saya yakin bahwa Anda bingung untuk memilih perusahaan sekuritas karena ada banyak sekali perusahaan sekuritas di luar sana. Bahkan dari data Bursa Efek Jakarta / Bursa Efek Indonesia, yang saat ini dikenal dRead more
Ijinkan saya untuk mencoba menjawab pertanyaan berikut berdasarkan pengalaman saya pribadi.
Saya yakin bahwa Anda bingung untuk memilih perusahaan sekuritas karena ada banyak sekali perusahaan sekuritas di luar sana. Bahkan dari data Bursa Efek Jakarta / Bursa Efek Indonesia, yang saat ini dikenal dengan nama IDX, ada 43 perusahaan sekuritas yang ada di Indonesia.
Nah berhubung saya bekerja di bank Mandiri, sudah pasti saya mendaftar ke Mandiri Sekuritas. Walaupun begitu, saya diperbolehkan untuk memilih perusahaan sekuritas lain. Ini adalah beberapa pertimbangan saya ketika memilih perusahaan sekuritas terbaik :
Nah itulah beberapa tips bagi Anda yang ingin memilih perusahaan sekuritas terbaik. Bagi Anda yang ingin membuka rekening, saya merekomendasikan Anda untuk mengunjungi website Mandiri Sekuritas atau Mirae. Tulisan ini juga saya muat di blog pribadi saya yaitu My Blog – My WordPress Blog dalam artikel yang berjudul 8 Cara Memilih Perusahaan Sekuritas ala PelajarSaham.
Disclaimer : tulisan ini bukan sponsor. hanya berdasarkan pengalaman pribadi dan saya cukup puas dengan performa yang diberikan. Apabila Anda ingin belajar mengenai financial planning atau perencanaan keuangan pribadi, bisa kunjungi website saya di ngurusduit (contact saya tersedia di footer).
See less