Banyak orang mungkin tahu tentang tips parenting yang diberikan Nikita Willy, tetapi mereka mungkin tidak menerapkannya atau menganggapnya sepele. Banyak orang berpendapat bahwa parenting yang dilakukan Nikita tidak dapat diterapkan oleh ibu rumah tangga (IRT) dari golongan menengah kebawah karena pekerjaan rumah lainnya dilakukan oleh asisten rumah tangga (ART). Namun, faktanya adalah bahwa parenting yang dilakukan Nikita Willy dapat dilakukan oleh siapapun, tinggal menyesukannya dan memiliki fasilitas dan waktu luang yang lebih banyak.
(Sumber foto: Google (Wowkeren))
Saya mengamati kegiatan parenting yang Nikita Willy terapkan pada anaknya (Issa) melalui unggahan di media sosialnya dan mencatat poin-poin penting dari parenting Nikita dan dampak positifnya bagi anak.
Berikut beberapa tips parenting yang tentu saja dapat dilakukan semua orang tua;
- Jadwal Rutin
Nikita menetapkan jadwal rutin untuk dilakukan oleh Issa. Mulai dari jam tidur & bangun, jam makan berat, makan ringan (snack), jam mandi, jam main, dsb. Baiklah jika ada sebagian orang yang menganggap hal ini ribet, kalau ngantuk tinggal tidur, kalau lapar tinggal makan. Tapi ternyata, mempunyai jadwal rutin itu sangat penting. Dengan adanya jadwal rutin, anak belajar melakukan pengulangan kegiatan setiap hari. Dengan begitu, seiring berjalannya waktu, anak mengingat dan paham mana yang perlu ia dilakukan dan mana yang belum saatnya ia lakukan.
Contoh, setiap hari anak melakukukan kegiatan makan terlebih dahulu, barulah setelah selesai makan ia dapat bermain. Jika konsisten melakukan jadwal tersebut, anak mengerti bahwa ia tidak bisa bermain kalau ia belum makan. Tapi, jika orang tua tidak menetapkan jadwal rutin dan melakukannya secara konsisten, kemungkinan besar anak bisa lebih memilih bermain dan tidak mau makan. Akhirnya, jadwal makan anak berantakan, misal harusnya sudah makan 2 kali, tapi baru 1 kali karena masih kenyang.
- Pembiasaan Saat Makan
Saat makan, Nikita berusaha membiasakan Issa untuk duduk dengan posisi makanan berada dihadapannya. Tidak makan sambil bermain, tidak makan sambil digendong, sambil berjalan, berlarian, bahkan sambil main sepeda, atau sambil menonton CoCoMelon. Saat anak makan, orang tua juga makan. Sambil ajak anak ngobrol tentang rasa makanannya, warna makanannya, dsb, atau ngobrol hal lain yang sekiranya anak tertarik. Dengan itu, terciptalah suasana makan yang membuat anak merasa ditemani dan berpikir bahwa “Oh, ibu makan seperti itu. Aku juga mau makan begitu, biar sama seperti Ibu!”.
Dan sebisa mungkin, biarkan anak makan sendiri. Kenapa sih lebih baik begitu? Karena, itu membantu anak lebih fokus untuk menghabiskan makanannya, bukannya terpengaruh hal lain yang lebih menarik seperti nonton dan malah membuat waktu makan menjadi tambah lama. Membangun kemandirian anak, meningkatkan time management anak, meningkatkan quality time anak bersama orang tua, anak juga belajar banyak kosa kata dari obrolannya bersama orang tua, dsb.
Saat anak tidak mau menghabiskan makanan, yang dilakukan Nikita adalah; pertama, mencoba membujuk anak dengan memperlihatkan bahwa ibu juga memakan makanan yang sama seperti si Issa, mengatakan bahwa rasa makanannya enak, dsb. Tapi, jika sudah benar-benar tidak mau, ia tidak memaksa Issa untuk menghabiskan makanannya. Kenapa? Karena, jika anak dipaksa untuk menghabiskan makanan (padahal ia sudah tidak mau), kemungkinan anak akan mengalami trauma makan. Di sesi makan selanjutnya, ia tidak mood makan dsb. Ia akan merasa tertekan karena harus memasukan sesuatu ke dalam tubuhnya dengan paksaan. Jika terus-menerus saat anak tidak mau menghabiskan makanannya orang tua malah memaksa, anak akan kehilangan semangat untuk makan di setiap harinya.
- Membebaskan Anak Untuk Eksplorasi Lingkungan
Selama aman, biarkan anak melakukan hal-hal yang menurutnya menarik. Biarkan anak eksplorasi, tapi tetap harus diawasi. Pegang kucing? Biarkan. Main tanah? Biarkan. Tuang air? Biarkan. Memang kotor, akan becek dan sebagainya. Tinggal cuci tangan dan dibereskan. Memang lelah, tapi itulah bagian perjuangan orang tua untuk mengembangkan kemampuan anak. Daripada… saat anak mau pegang kucing, jawaban orang tua adalah “Jangan! Nanti dicakar!”, mau main tanah? “Jangan! Kotor tau!”, mau tuang air? “Yaampun! Baju kamu basah semua nih jadinya!”. Duh, jika begitu, tau apa yang akan melekat dibenak anak? Anak akan selalu merasa takut untuk mencoba sesuatu yang baru. Ini berpengaruh pada masa depan anak.
- Mengoptimalkan Kegiatan Anak
Versi Nikita, ia mengikutsertakan anaknya (Issa) pada kegiatan renang, gymnastic, sensory class, dsb. Mahal? Jelas mahal, tapi kegiatan-kegiatan tersebut sangat berdampak positif untuk meningkatkan berbagai perkembangan anak. Bagi orang tua kaum “mendang-mending”, tenang saja. Banyak kegiatan-kegiatan tersebut bisa dilakukan sendiri dengan minim budget!
Renang? Pergi ke ke kamar mandi dan temani anak berendam di ember! Atau jika modal sedikit, sesekali pergilah ke kolam renang umum dan kenalkan anak untuk berenang tanpa menggunakan jasa coach renang. Gymnastic? Pergi ke taman bermain, gunakan alat-alat mainnya. Biarkan anak bergelantungan, main perosotan, lompat-lompat, dsb. Gratis! Sensory class? Beli tepung, pewarna makanan, campurkan ke air. Jadilah playdough, biarkan anak mengadon adonan tersebut.
Semangat untuk semua para orang tua yang mau belajar dan berusaha! Percayalah, pasti lelah yang dirasa akan membuahkan hasil yang memuaskan.