Apa reaksi atasanmu jika kamu selalu pulang tepat waktu atau Tanggo?
Firdaus FirlanaProfessional
Apa reaksi atasanmu jika kamu selalu pulang tepat waktu atau Tanggo?
Share
Pada dasarnya saya bukan tipe orang yang selalu pulang tepat waktu. Namun memang kadang-kadang jika dirasa tidak perlu lama-lama di kantor, saya akan langsung pulang dan cenderung melanjutkan kerja di rumah.
Tapi reaksi atasan juga sangat tergantung pada lingkungan kerja dan nilai nilai yang melekat di perusahaan masing-masing.
Perusahaan A: Perusahaan market research lokal.
Pada dasarnya pulang tenggo di industri market research adalah hal yang sangat tabu. Karena workload kami yang sangat tinggi menjadi hal yang sangat wajar untuk lembur sampai jam 8–9 malam setiap harinya. Namun tidak adanya uang lembur (hanya pengganti uang makan) membuat lembur jadi seperti kerja rodi. Oleh karena itu banyak yang mengkompensasi lembur tersebut dengan masuk hingga satu jam lebih lambat dari seharusnya (kantor ini tidak menjalankan hukuman langsung kalau terlambat).
Meski datang terlambat sudah menjadi hal yang biasa disana, pegawai yang pulang tenggo pasti akan mendapat sindiran dari rekan-rekan lainnya. Terkadang memang sindiran tersebut terdengar seperti candaan (contoh: “jam segini kok sudah pulang?” “Masih terang ini woy”). Namun hanya yang bermuka tebal dan berhati baja saja yang berani menghadapi terjangan sindiran tersebut.
Di Perusahaan A juga saya merasakan beberapa bos berbeda.
Bos 1: Pria berumur 42 tahun, menikah dan memiliki 3 anak. Tidak pernah mempermasalahkan anak buah pulang duluan, terutama karena beliau selalu pulang malam untuk menghindari macet. Bahkan jika kami sampai harus lembur bersama beliau untuk menyelesaikan report atau permintaan klien, beliau akan membelikan kami makan malam.
Bos 2: Wanita berumur 35 tahun, menikah dan memiliki 2 anak. Sangat santai dan sering kali jika kami belum pulang setelah 30 menit waktu jam pulang, beliau akan menyuruh kami pulang kecuali memang jika ada kerjaan yang harus diselesaikan di kantor.
Bos 3: Wanita berumur 30 tahun, belum menikah. Agak pendiam namun tetap tidak pernah mempermasalahkan stafnya yang pulang tenggo.
Bos 4: Pria berumur 32 tahun, belum menikah. Tipe bos yang sangat mendukung pola kerja remote. Disebabkan karena beliau juga tipe yang lebih suka bekerja di kafe daripada di kantor. Jadi tidak penting pulang tenggo atau tidak selama pekerjaan aman.
Perusahaan B: Perusahaan multi nasional (market research).
Perusahaan ini jauh lebih santai lagi daripada perusahaan sebelumnya. Sebenarnya yang sangat santai hanya di divisi saya saja dimana harusnya masuk jam 8.30 (realita jam 10 baru masuk) dan jam pulang jam 17.00 (Jangankan tenggo, jam 16.00 pulang juga bisa). Sedangkan praktik ini tidak berlangsung di divisi lain.
Terutama di divisi petugas lapangan (enumerator). Bahkan pernah saya setelah lembur mengerjakan report, saya pulang mendahului bos saya (jam 21.00) lalu ditanya dengan muka serius oleh rekan di divisi tersebut “bro, lu ga nungguin bos lu pulang?”. Saya hanya tertawa dan melengos pulang karena merasa itu pola pikir yang tidak penting di divisi saya.
Hampir semua bos yang pernah saya miliki di industri market research tidak pernah mempermasalahkan anak buahnya yang pulang tenggo.
Disclaimer: Pekerjaan sebagai research executive / consultant akan berbeda dengan pekerjaan di divisi lain.
Yang terakhir, setahun setelah saya bekerja sebagai ASN Pemprov DKI Jakarta, nyatanya tidak semudah yang dianggap orang-orang untuk dapat pulang tenggo.
Namun ini kembali lagi ke posisi yang diemban memiliki workload yang juga berbeda. Untungnya saya memiliki bos yang walaupun gila kerja dan memiliki workload yang luar biasa tinggi (pulang jam 6 bahkan jam 10 setiap harinya adalah hal yang biasa), selama saya tidak diperlukan atau memang sedang tidak ada yang harus diselesaikan hari itu, maka saya tidak akan dilarang untuk pulang lebih cepat. Pada kenyataannya, sangat amat jarang kami tenggo.