Investasi saham memang menawarkan potensi keuntungan yang tinggi. Banyak orang tertarik untuk mencobanya karena alasan ini.
Namun, perlu diingat bahwa investasi saham juga memiliki risiko yang tinggi. Oleh karena itu, bagi orang awam atau pemula yang tidak memiliki pengetahuan tentang investasi, banyak yang merasa ragu untuk memulainya.
Tetapi, jika kamu termasuk dalam kelompok orang yang takut untuk berinvestasi saham, jangan khawatir. Parto Kawito, Direktur PT Infovesta Utama, memiliki beberapa tips dan trik yang bisa membantu para investor saham pemula seperti kamu.
1. Kenali profil risikomu
Sebelum kamu memutuskan untuk berinvestasi di saham, penting untuk mengenali profil risikomu terlebih dahulu. Apa maksudnya? Nah, ini berarti kamu harus tahu apakah kamu termasuk orang yang berani mengambil risiko atau lebih hati-hati.
Karena ada banyak saham yang tersedia di bursa efek, kamu perlu mengetahui karakteristik dirimu terlebih dahulu agar bisa memilih dengan tepat.
Jika kamu termasuk orang yang berani mengambil risiko, kamu bisa memilih untuk berinvestasi di saham-saham dengan kapitalisasi pasar menengah atau kecil.
Namun, jika kamu lebih hati-hati, kamu bisa memilih untuk berinvestasi di saham-saham BUMN atau saham-saham blue chip. Mengapa? Karena saham-saham ini cenderung memiliki pergerakan yang lebih stabil dan likuid, sehingga risikonya lebih kecil.
2. Tentukan tujuan investasi
Setelah kamu mengetahui profil risikomu, selanjutnya pikirkan juga apa tujuanmu dalam berinvestasi saham. Apakah untuk jangka panjang, menengah, atau pendek.
Sebaiknya, menurut saran dari Parto, investasi saham sebaiknya dilakukan untuk jangka menengah. Mengapa? Karena jika untuk jangka pendek, kamu mungkin akan merugi karena harus membayar biaya broker. Akibatnya, keuntungan yang didapat tidak seberapa, malah modalmu terpotong oleh biaya broker. Rugi, kan?
Jangka pendek yang dimaksud di sini adalah trading harian. Lagipula, kamu tidak mungkin bisa terus-menerus memantau pergerakan saham, kan? Kamu juga punya pekerjaan lain, kan?
3. Cari tahu waktu yang pas buat beli dan jual
Menurut analisis yang dilakukan tim Parto selama 10 tahun terakhir, waktu yang tepat untuk jual saham adalah bulan Mei, sementara untuk beli adalah bulan September atau Oktober. Kenapa?
Karena di bulan Mei, banyak orang yang jual saham karena liburan. Akibatnya, harga saham turun.
Nah, dengan tahu siklus ini, kamu bisa jual saham sebelum harganya turun, sebelum orang lain jual sahamnya.
Sedangkan di bulan September atau Oktober, harga saham biasanya naik. Jadi, kamu bisa beli saham sebelum itu atau saat harganya masih rendah.
Dengan begitu, kamu tahu kapan waktu yang pas buat beli saham, kan?
4. Jumlah investasi
Setelah tahu waktu yang tepat untuk investasi, jangan terburu-buru beli saham dengan jumlah besar. Terutama jika kamu masih pemula dan belum terlalu paham. Pastinya kamu nggak mau rugi besar kan?
“Sekarang kamu bisa main saham dengan modal Rp 2 juta saja. Bahkan, ada sekuritas kecil yang menawarkan investasi saham untuk mahasiswa dengan modal Rp 500 ribu,” kata Parto.
Parto menyarankan agar kamu investasikan hanya 5 persen dari kekayaanmu. Setelah kamu paham cara main saham, baru deh naikin jumlah investasinya secara bertahap.
Lalu, bagaimana cara memilih saham yang tepat? Parto mengungkapkan ada tiga strategi memilih saham agar uangmu gak hilang cuma-cuma. Berikut ini caranya:
1. Dasar-dasar perusahaan
Meskipun kamu hanya menginvestasikan sedikit uang, tentu kamu ingin mendapatkan keuntungan, kan? Oleh karena itu, kamu tidak boleh sembarangan dalam memilih saham.
Hal pertama yang harus kamu perhatikan adalah laporan keuangan atau fundamental dari perusahaan yang sahamnya akan kamu beli.
Jika kamu melihat bahwa perusahaan tersebut tidak mengalami peningkatan omzet, laba terus turun, dan memiliki banyak utang, lebih baik kamu mencari saham lain yang lebih prospektif dan memiliki kinerja yang lebih baik.
2. Analisis teknikal saham
Tidak hanya laporan keuangan saja yang perlu kamu perhatikan. Kamu juga perlu mengetahui bagaimana analisis grafik saham dari perusahaan tersebut.
Jika pergerakan sahamnya tidak terlalu ekstrim naik turunnya, kamu bisa membeli saham dari perusahaan tersebut. Ini menunjukkan bahwa saham tersebut stabil dan tidak rentan terhadap spekulasi pasar.
3. Saran dari broker atau pialang
Parto menyarankan, bagi kamu yang masih pemula dan belum begitu paham tentang investasi saham, sangat penting untuk meminta saran dari broker atau pialang untuk mengetahui apakah saham tersebut memiliki prospek yang bagus atau tidak.
Umumnya, broker juga akan menjelaskan mengenai fundamental dan analisis teknikal dari perusahaan yang sahamnya ingin kamu beli.
Dari situ, broker akan memberikan masukan apakah sebaiknya kamu membeli saham tersebut atau tidak. Untuk daftar broker, kamu bisa melihatnya di Bareksa.
Apa keuntungan dan risiko investasi saham? Tiap investasi pasti memiliki keuntungan dan risiko. Begitu pun dengan investasi saham. Menurut Parto, berikut ini keuntungan dan risiko dalam berinvestasi saham:
1. Dividen (pembagian keuntungan)
Bagian laba adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Keuntungan tersebut berasal dari hasil yang didapatkan oleh perusahaan.
Terdapat dua jenis bagian laba, yaitu bagian laba tunai dan bagian laba saham:
Bagian laba tunai berarti perusahaan memberikan uang tunai untuk setiap lembar saham kepada pemegang saham.
Bagian laba saham berarti perusahaan memberikan bagian laba dalam bentuk saham, sehingga jumlah saham yang dimiliki oleh investor akan bertambah.
2. Capital Gain (kenaikan harga saham)
Keuntungan modal adalah keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga saham, yaitu ketika harga jual lebih tinggi daripada harga beli.
Contohnya, jika kamu membeli saham A dengan harga Rp 2.000 per lembar. Kemudian kamu menjualnya dengan harga Rp 2.500 per lembar. Maka, kamu akan mendapatkan keuntungan modal sebesar Rp 500 untuk setiap lembar saham.
Risiko investasi saham:
1. Capital loss
Kerugian modal adalah kebalikan dari keuntungan modal, di mana investor menjual sahamnya dengan harga yang lebih rendah dari harga beli.
Contohnya, kamu membeli saham B seharga Rp 2.000 per lembar. Namun, kamu menjualnya dengan harga Rp 1.700 per lembar. Dengan demikian, kamu akan mengalami kerugian sebesar Rp 300 per lembar.
2. Suspend
Risiko lain dari investasi saham adalah saat saham tersebut dihentikan perdagangannya atau disuspend oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kondisi tersebut membuat investor tidak dapat menjual atau membeli saham tersebut sampai suspensi dicabut.
Nah, itulah beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang investasi saham untuk pemula. Bagaimana? Sekarang sudah tidak takut lagi kan untuk berinvestasi saham?
Karena sudah mendapatkan nasihat langsung dari ahlinya, seharusnya sudah tahu apa yang harus dilakukan saat ingin memulai investasi. Yuk, mulai dari sekarang!