Apakah kalian akan memaafkan ketika pasangan kalian selingkuh?
Share
Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Memaafkan bukan berarti melupakan dong ya 🙂
Saya menikah belum 1 tahun, dari sejak lamaran suami saya ketahuan chat cewek ngajak kenalan. Dan lebih parah lagi waktu itu bertepatan dengan kami lamaran. Bagaimana perasaan saya? Haha muncul perasaan mau mengakhiri ini dan tidak melanjutkan ke jenjang pernikahan. Tapi saya masih berfikir secara normal dan sehat. Saya kasihan sama orangtua suami (sekarang jadi mertua) yang sangat berharap banyak sama saya dan jauh-jauh nyempetin 1hari ke tempat asalku yang mana memakan biaya tidak sedikit.
Akhirnya saya bicara baik-baik. Dan suami saya bilang bahwa dia sengaja ganti hp baru(kebetulan memang dia ganti hp) dengan tujuan menghapus kebiasaan lamanya itu dan tidak mau berlanjut.
Oke saya terima. Saya lanjutkan tetapi tetap saya pantau dong bossqueee wkwk
Beberapa bulan menikah, saya tetap memantau beliau diam-diam. Ada 2 atau 3 kali suami main aplikasi michat. Tau kan aplikasi itu isinya cewek seperti apa. Saya marah habis-habisan, saya bilang mau pisah. Tetapi dia menahan dan meyakinkan bahwa hal itu tidak akan terjadi lagi. Bhaiqlaaaa. Tapi apakah aku melupakan begitu saja? Oh tidak dan bahkan mungkin tidak akan aku lupakan. Setelah kejadian itu memang tidak pernah lagi main hal seperti itu. Oke. Tapi bukan berarti aku percaya begitu saja fergusoo.
Puncaknya kemarin waktu kami LDM, kami memutuskan untuk pindah, pulang ke kota asal suami. Dan kondisinya suami yang duluan berangkat karena saya harus mengurus resign dan lain halnya.
Komunikasi cukup lancar, saya sering vc tanpa memberi tahu terlebih dahulu dan selalu diangkat dan aman-aman saja.
Hari H pun tiba wkwk. Saya berangkat menyusul suami dan meninggalkan kota saya dilahirkan dan dibesarkan demi berbakti kepada suami 🙂
Setiba disana semua baik-baik saja. Tepat sholat maghrib tiba. Saya duluan melaksanakan sholat, kemudian setelah itu suami. Saya tiba-tiba saja ingin duduk di kursi dekat charger hp. Kemudian saya lihat ada hp kecil, hp jadul, ram cuma 1gb 🙂
Saya kepo dan saya buka. Jeng jeng jeng. Ada apliksi micht dan isinyaaa tawar menawar (taulah tawar menawar apa).
Saya tanya suami, beliau mengelak dan bilang itu hp bapak (mertua saya). Wkwk dikira saya bocil percaya gitu aja. Dan saya dimarah karena buka hp sembarangan. Wkwk
Okeee saya biarkan, dan saya tidak tinggal diam dungs.
Saya diam-diam buka hp itu dan saya lihat ada foto dia lagi di parkiran. Saya lihat di chat juga dia sudah deal sama perempuan tetapi perempuan tersebut hilang wkwk (Allah ga tidur yaa sayang). Intinya suami saya di PHP in sama perempuan ini wkwk kapok.
Okee saya tanya beliau minta maaf. Okeee saya iyain ajaaa. Tapi tetap saya selidiki melebihi detektif mungkin. Wkwk
Hingga suatu hari saya lihat ada transaksi di m-banking pembayaran agoda. Jeng jeng jeng. Saya interogasi beliau. Mengelak dong pasti wkwk
Apa saya percaya? Ohtidak. Saya tetap selidiki diam-diam. Sepertinya dalam hal ini Allah beri petunjuk kepada saya dan memberi kemudahan wkwk.
Iseng saya buka hp kecil jadul itu. Saya lihat emailnya dan benaaaar dong ada transaksi dihotel wkwk
Saya tanya dan beliau bilang memang ada tetapi tidak sempat datang karena masih memikirkan saya. Ohnooo kata-kata bgst apa lagi ini fikir saya.
Saya saat itu sudah minta pulangkan ke rumah orangtua saya, mau bahas ini sama mertua saya juga. Tetapi saya urungkan, saya masih kasi kesempatan untuk dia untuk terakhir kali.
Saya bilang dan sering saya bilang kalau itu adalah terakhir untuk saya. Jika memang suatu saat nanti ini terjadi, mohon maap nih lebih baik saya angkat kaki.
Konsekuensi untuknya yaa tetap ada dong. Uang di rekeningnya tidak lebih dari 1juta dan selalu saya pantau, tidak saya kasi izin untuk cari kerjaan di lokasi tambang dan tidak saya kasi izin untuk kerja diluar kota jauh dari saya.
Padahal bidangnya dan kesenangannya yaa kerja di site gitu. Yaaa namanya sudah berbuat, yaa harus siap nerima resiko dong.
Kata-kata dari dia adalah “saya tidak akan seperti itu lagi, saya tau kamu wanita cerdas tidak mudah untuk ditipu dan saya akan merasa sangat rugi jika melepaskan wanita secerdas dan sehebat kamu”
Hahahah dikira aku meleleh dengar kata-kata itu.
Begitulah cerita saya yang hampir diselingkuhi (gatau sih jatuhnya udah diselingkuhi apa belum)
Saya memaafkan tetapi tidak melupakan. Dan saya sudah mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu hal tersebut terulang. Saya sudah siapkan diri secara finansial dan tidak lupa investasi yang dia beli seperti rumah, kendaraan dan tanah harus tetap nama aku dong. saya juga tidak pernah memberitahukan nominal tabungan saya, karenaa itu adalah investasi saya untuk kedepannya jika hal yang tidak diinginkan terjadi.
Karena saya tahu jika orang sudah berbuat demikian sangat besar kemungkinan dia untuk mengulang.
Demikian dan maaf kalau berantakan hehe
Edit :
Menjawab beberapa komentar
2. Kenapa masih saya pertahankan? Saya mengingat keluarga besar. Selagi saya masih bisa bertahan, saya pertahankan. Tetapi jika terjadi lagi saya siap nerima resiko.
3. Apa tidak rugi/suami keberatan jika semua aset atas nama saya? Wah tentu tidak dong hehe. Itu sudah kesepakatan ketika suami ketahuan aneh-aneh dibelakang saya. Saya tidak gila harta, saya sanggup kerja dan dari lulus kuliah saya sudah bekerja di perusahaan ternama. Saya lakukan itu agar suami saya jika mau ninggalin saya berarti harus siap kehilangan hartanya. Dan bukannya itu sudah kewajiban suami memberikan nafkah ya?
4. Apa saya bersifat lebih menonjol? Kayaknya tidak. Karena saya anak bungsu, saya terbiasa diperintah bukan memerintah. Dan juga saya awalnya mandiri karena saya dari kuliah sampai kerja memang hidup sendiri jauh dari orangtua. Tapi ketika menikah malah suami maunya saya bergantung dengan dia. Yang dulu saya ke pasar atau ke kantor biasa sendiri. Ketika menikah harus berdebat dulu, karena suami maunya nganter saya. Suami saya lebih over protektif, tapi nyatanya dia sendiri yang aneh-aneh.
Kalau dibilang aib memang aib. Tapi disini saya masih berusaha mempertahankan ini. Setiap quality time berdua, selalu saya selipkan wejangan untuk suami. Saya kasi pandangan kedepannya seperti apa jika hal itu terjadi. Bagaimana perasaan orangtua,keluarga dan bagaimana pandangan orang lain terhadap kita.