Banyak kasus penularan Covid-19 justru terjadi pada mereka yang terlihat menjalankan protokol kesehatan dengan tertib, lalu apa yang membuat mereka bisa terpapar virus tersebut?
Elang SurabayaPundit
Banyak kasus penularan Covid-19 justru terjadi pada mereka yang terlihat menjalankan protokol kesehatan dengan tertib, lalu apa yang membuat mereka bisa terpapar virus tersebut?
Share
Saya minta ijin menjawab yah….. Pertama, ada istilah yang harus saya luruskan. Kata terpapar (bahasa Inggrisnya, exposed) adalah mengalami kontak. Contohnya, setiap hari kita terpapar oleh debu, polusi, sinar matahari, kuman, dan lain-lain. Jika daya tahan tubuh kita bagus, maka kita tidak akan sakit. Tetapi jika sel kekebalan tubuh kita tidak bagus atau terlambat merespons, maka dikatakan kita terinfeksi. Kita tidak dapat mengetahui apakah seseorang (atau bahkan diri sendiri) terinfeksi atau tidak, jika tidak ada gejala klinis yang termanifestasi (sesuatu yang dapat diamati), misalnya suhu tubuh naik, batuk, kesulitan bernafas, dll. Sebenarnya, di antara terpapar dan terinfeksi, ada satu istilah lagi di antara keduanya, yaitu contracting the virus ; tetapi saya tidak tahu istilah Bahasa Indonesianya. Virus yang masuk ke dalam tubuh, mungkin?
Orang yang terinfeksi tetapi tidak memiliki gejala klinis yang termanifestasi disebut OTG (Orang Tanpa Gejala). Untuk cerita COVID-19, status OTG dapat dikonfirmasi dari hasil swab test (bukan rapid test) yang terkonfirmasi positif, tetapi tidak menunjukkan gejala klinis atau keluhan apapun.
Nah, sehingga, jika saya diijinkan, pertanyaannya seharusnya menjadi Mengapa banyak orang tetap terinfeksi oleh COVID-19 padahal telah menjalankan protokol kesehatan dengan tertib?
Tentunya, saya tidak bisa bilang, “yah, itu mah emang sistem imunnya aja yang payah.”. Walaupun ini juga tidak salah, tetapi ada beberapa hal yang kita lakukan (atau justru TIDAK kita lakukan), yang menjadikan kita lebih rentan terhadap infeksi COVID-19. Perhatikan bahwa, saya tidak mengatakan ‘rentan terhadap paparan’, tetapi ‘rentan terhadap infeksi’. Infeksi bisa terjadi jika kuman menemukan ‘jalan masuk’ ke dalam tubuh kita, utamanya melalui sistem pernafasan.
Singkatnya, karena COVID-19 berhasil menyusup ke dalam segmen terkecil dari kehidupan kita, yaitu family cluster. Penularan di keluarga.
Lalu, adakah yang bisa kita lakukan untuk mengurangi resiko ini? Tentu saja. Berikut 10 tips dari saya.
(1.) Tata Tertib Masuk Rumah yang Benar
Kalau dibilang ‘tata tertib’ koq rasanya seperti aturan yang berlaku di sekolahan yah… Lalu kesannya, kalau dilanggar akan langsung menerima hukuman, gitu….
Tapi saya lagi malas mencari kata yang tepat, yasudalah. Begini, ketika masuk rumah, alas kaki dilepas dan didisinfeksi dengan air berklorinasi (air + kaporit) atau bisa juga dengan baking soda yang dilarutkan dalam air. Larutan tersebut disemprotkan dengan sprayer. Jika tidak tahu sprayer itu bentuknya seperti apa, bentuknya seperti ini, yang dipakai untuk menyetrika sama emak-emak, atau dipakai buat mandiin burung sama bapak-bapak.
Alas kaki dapat disemprot dengan air berklorinasi, tetapi untuk bagian tubuh, dari atas sampai bawah, saya merekomendasikan ait dengan baking soda (bukan baking powder). Keduanya dapat berekasi secara reduksi-oksidasi, melumpuhkan kuman. Baking soda bekerja lebih lambat, tetapi lebih aman bagi kulit dan jika terkena mata juga tidak apa (ya tapi jangan disengaja dikenain ke mata juga) dibandingkan air kaporit. Jadi, jika memungkinkan, idealnya sediakan 2 botol sprayer dengan warna berbeda, yang satu diisi baking soda, yang lain diisi kaporit. Semprot tubuh sebelum masuk rumah, berdiam di luar 2 – 3 menit, baru masuk ke dalam rumah.
(2.) Mencuci Pakaian
Ya, tentunya, setelah pulang dari luar, ada baiknya jika baju yang dipakai langsung direndam di ember berisi air sabun (deterjen). Virus COVID-19 merupakan jenis airborne, yang dapat tersuspensi (melayang-layang) dengan baik di udara. Sehingga, hanya menaruhnya di keranjang cucian saja masih tetap membawa resiko bahwa virus akan melayang ke udara. Dengan menaruhnya langsung ke dalam air sabun, virus tak lagi memiliki kesempatan untuk masuk ke udara.
(3.) Mandi
Disarankan bahwa anda langsung mandi sekembalinya dari luar. Jadinya, ya harus mandi 3 sampai 5 kali sehari? Yaa, kalau anda keluar rumah beberapa kali, jika tempatnya beresiko (seperti pasar, mall, restoran, dll.), ya sebaiknya iya. Karena, di tempat umum, paparan kuman pasti ada, dan dengan mandi (dan juga merendam baju), resiko contracting virus bisa diturunkan.
(4.) Ketika Makan
Beberapa orang yang masuk golongan parno selalu mengenakan masker, bahkan di dalam rumah. Tetapi, tetap saja kita akan melepas masker ketika makan.
Idealnya, meja makan disemprot secara berkala dengan air klorin, minimal 2x sehari.
(4.) Jangan Malas Mengepel
Untuk obat pelnya, saya rekomendasikan obat pel jaman dahulu, Lisol / Lysol atau karbol wangi cemara. Jadul memang, tetapi paling efektif, standar Rumah Sakit.
(5.) Cuci Masker Secara Teratur
Jika bisa, cuci masker tiap hari. Maksimal 2 hari sekali. Taruh masker di dalam kantong / saku ketika makan di tempat umum (kantin, restorang, warteg, cafe, dll.).
(6.) Gunakan Tetes Mata Secara Berkala
2 – 5 persen kasus COVID-19 disinyalir berawal dari infeksi mata.
Virus COVID-19 dapat masuk ke dalam tubuh jika menempel pada lokasi khusus bernama reseptor. Reseptor ACE2 yang merupakan ‘lokasi menempelnya’ virus COVID-19 terdapat di sel epitel mukosal di saluran pernafasan (mulai dari rongga hidung sampai alveoli). Masalahnya, reseptor ini juga dapat ditemukan pada permukaan mata pada sebagian orang, yang membuat seseorang menjadi rawan untuk terinfeksi COVID-19 melewati jalur okuler (melewati mata).
Ya, tentunya sangat tidak lazim memakai masker untuk menutupi mata.
Pakai masker di mata, virus masuk lewat mulut. Jadi, saya rasa lebih acceptable untuk menggunakan obat tetes mata setiap 2 jam. Konsultasikan hal ini dengan dokter, karena obat tetes mata ada banyak jenisnya, saya tidak bisa jelaskan satu-per-satu.
(nyari di internet ketemunya gambar kucing, ya gimana lagi….)
Tergantung dari obat tetes matanya, beberapa obat tetes mata tidaklah murah, apalagi di tengah jaman resesi ekonomi ini. Untuk alternatif lainnya, bisa gunakan sedikit garam dapur (setengah ujung kuku kelingking) dimasukkan ke eyebath. Lalu, tambahkan air panas agar garam dapat melarut, tunggu hingga dingin. Setelah dingin, kompres mata dengan air garam. Cara ini menurut saya juga cukup efektif.
(7.) Menjaga Kualitas Udara
Rumah modern (terutama di kota besar) memiliki sirkulasi udara yang buruk. Jika memungkinkan, bukalah jendela sesering mungkin, terutama pada siang hari. Namun, jika anda tinggal di perumahan yang jarak rumahnya terlalu berdekatan, hal ini justru harus dihindari terutama pada malam hari. Alasannya, virus dapat berdifusi pada malam hari dan tidak ada sinar matahari yang dapat mmbunuh virus.
Jika anda bergantung pada AC, lakukan perawatan AC secara berkala. AC modern ada yang dilengkapi dengan plasma-cluster. Jika memiliki dana lebih, belilah air-cooler. Jika mau lebih bagus, beli air purifier. Jika uangnya berlimpah dan tidak masalah, belilah hydro-cleaner. Ketiga alat ini dapat bekerja efektif di ruangan tertutup tak berventilasi. Kipas angin dapat digunakan untuk sirkulasi udara buatan (forced convection).
(8.) Disinfeksi Udara
Ini mungkin agak berkebihan, tetapi jika mau, anda dapat semprotkan air baking soda ke udara, dan permukaan benda-benda yang tidak meresap air secara berkala. Untuk gorden, walaupun menyerap air, tetapi masih dapat disemprot.
(9.) Waspada Makhluk Asing
Sayangnya, makhluk asing yang saya maksud bukanlah ini.
Makhluk asing ini dapat berwujud sebagai binatang yang imut, lucu, dan menggemaskan.
Penjelasannya memang agak panjang, tetapi intinya virus COVID-19 yang dinamai SARS-CoV2 ini, merupakan anggota keluarga dari famili Coronaviridae, suatu keluarga besar yang berisi virus yang sangat berbahagia jika menemui saluran pernafasan. Dengan masa evolusi ratusan juta tahun, virus ini dapat menginfeksi puluhan jenis spesies. Maka, semua hewan liar ataupun hewan peliharaan yang bukan merupakan hewan peliharaan anda, harus diperlakukan sebagai mata-mata musuh.
Ya, tentunya anda tidak harus membunuh atau menginterogasi tersangka mata-mata musuh tersebut (lagipula anda kan tidak bisa bahasa kucing, percuma diinterogasi juga), tetapi minimalisirlah kontak dengan makhluk asing ini, tak peduli betapa menggemaskannya mereka.
(10.) Memanaskan Makanan
Walaupun transmisi COVID-19 melalui makanan masih terus diperdebatkan hingga kini, berbagai bukti menunjukkan bahwa penderita COVID-19 nyatanya memiliki viral protein di dalam sampel fesesnya, begitulah temuan yang dipublikasikan di forum ilmiah bilang. Walaupun penemuan ini tidak membuktikan apakah COVID-19 dapat menular melalui makanan dan terlepas dari perdebatan ini (apakah COVID-19 dapat menular melalui makanan atau tidak) ; sifat virus yang airborne memang memungkinkan virus untuk ‘melompat’ dari makanan untuk lalu melayang ke udara.
Dengan memanaskan makanan, paling tidak virus akan menjadi tewas alias terdeaktivasi, dan menjadi tidak lagi mengancam kita. Memang, ada beberapa makanan yang tidak bisa dipanaskan, seperti gado-gado atau salad buah. Tetapi, dengan memanaskan makanan yang bisa dipanaskan, paling tidak resiko masuknya kuman ke tubuh bisa dikurangi.
(11.) Tambahan : Membangun Benteng Pertahanan Terakhir
Jika masih khawatir dan ragu walaupun telah menjalankan kesepuluh poin ini, maka cara terakhir yang bisa dilakukan adalah membangun benteng pertahanan terakhir. Bagaimana caranya? Memperkuat sistem imunitas. Minum suplemen.
Suplemen itu ada dua macam. Ada suplemen yang memperkuat fungsi imun tubuh. Bagaimanapun, imun tubuh harus mengenali kuman yang masuk terlebih dahulu, menganalisis informasi yang dimiliki antigen, menentukan sisi aktif antigen yang dapat diserang oleh antibodi, memproduksi antibodi yang spesifik terhadap antigen, lalu melepaskannya untuk menyerang kuman tadi. Cara kerjanya relatif lambat. Ada juga suplemen yang mengandung senyawa kimia tertentu yang memiliki sifat dapat ‘menyerang’ kuman tersebut secara langsung, seperti yang saya kembangkan.
Tetapi, jika saya tuliskan terlalu banyak di sini, nanti dibilang promosi lah, cari kesempatan lah, dan sebagainya. Pilihan dikembalikan kepada anda, sama seperti pilihan untuk melakukan kesepuluh poin lainnya yang telah saya sebutkan di atas. Tetapi, jika anda ingin tahu lebih banyak mengenai coronavirus, dapat membacanya di blog saya : Welcome to CNC Herbal’s Blog. Atau, bagi yang penasaran dengan produk suplemen, dapat melihatnya di sini : Toko Online CNC Herbal | Shopee Indonesia.
Terima kasih sudah berkenan menyempatkan diri untuk membaca tulisan saya ini. Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan atau pemilihan kata yang kurang berkenan. Tetap sehat, tetap semangat. Mensana in corpore sanno…
Referensi :
Conjunctivitis can be the only presenting sign and symptom of COVID-19
ACE2 receptors for SARS-CoV-2 in human eye
Coronavirus: Pet cat found to have virus in UK
Pet dog infected with COVID-19, Hong Kong authorities confirm
Poop tests stop COVID-19 outbreak at University of Arizona