Dulu, saya yang meninggalkan hubungan untuk menikah dengan pria pilihan saya, yaitu suami saya sekarang.
Sebelum menikah, saya menjalin hubungan cukup lama dengan mantan. Dia adalah orang yang baik, royal, dan tidak memiliki kebiasaan aneh. Kami pacaran saat kondisi keuangan kami sulit—kami bahkan tidak memiliki motor, sehingga sering LDR. Namun, seiring berjalannya waktu, saya mengajarinya tentang manajemen keuangan, dan setelah lebih dari empat tahun, saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan tersebut.
Menurut saya, dia tidak cukup memenuhi kriteria untuk menjadi suami idaman saya. Sementara saya adalah orang yang banyak bicara, penasaran, ambisius, dan kompetitif, dia cenderung pendiam, tidak pandai bergaul, kurang peka, dan sering putus asa. Dia tidak berani menolak ajakan teman dan lebih suka bermain game selama libur kerja, bahkan saat saya membutuhkan perhatian. Meskipun saya mengajarinya banyak hal, termasuk mengendarai motor, dia masih kurang dalam banyak hal, seperti membaca situasi jalan dan tidak bisa memimpin.
Setelah hubungan kami berakhir, dia berusaha keras untuk membujuk saya agar tidak meninggalkannya, berjanji akan berubah, tetapi saya sudah memutuskan untuk mundur demi menghindari stres di masa depan. Lima bulan kemudian, suami saya yang sekarang—teman sekelas dari SMP—menawarkan pernikahan tanpa melalui proses pacaran. Saya menerima tawaran tersebut karena dia memenuhi kriteria suami idaman saya.
Suami saya adalah sosok yang memimpin dengan baik, tidak bermain game, memiliki banyak keterampilan yang berguna dalam rumah tangga, memprioritaskan saya, dan sangat bisa diandalkan. Dia juga rajin berolahraga, memiliki fisik yang baik, dan selalu berusaha membuat saya bahagia. Kami saling melengkapi, dan saya merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia.
Saya juga mengalami berbagai kejadian menarik dari masa lalu terkait keinginan dan doa yang saya panjatkan. Setiap doa yang saya sebutkan dengan detail ternyata terkabul, seperti mendapatkan sepeda, motor, berat badan ideal, dan pengalaman keuangan yang saya impikan.
Terima kasih kepada Tuhan atas suami saya yang sekarang, saya merasa sangat beruntung dan bersyukur. Ini adalah cerita nyata saya dan saya tidak menyesal dengan keputusan yang diambil.