Saya cenderung menggunakan aplikasi RTI Business. Cari aja di Playstore.

Buka aplikasinya anda akan melihat tampilan seperti berikut.

Geser sampai paling kanan sampai menemukan menu “Calendar”. Tap pilihan dan untuk melihat jadwal dividen tap pilihan “Dividend”.

Akhirnya kelihatan deh jadwal pembagian dividen terdekat.

Sederhana saja, saya mengambil berdasarkan kehidupan sehari-hari, di mana hampir seriap harinya saya mengikuti sekolah daring.

Banyak siswa yang mengeluhkan sekolah daring atau pembelajaran jarak jauh, entah itu yang dikeluhkan adalah sinyal internet yang tidak mendukung, tugas yang menumpuk, materi pelajaran yang tidak terserap ke otak, tidak fokus dan kurang bersemangat, dan lain sebagainya.

Dari dulu saya selalu berusaha untuk tidak mengeluh ketika sedikit stres terhadap tugas-tugas sekolah dan ujian. Setiap saya ingin mengeluh saya selalu mengingat kalau saya seharusnya lebih banyak bersyukur karena terlahir dari keluarga yang terbilang cukup secara finansial (ada makanan hari ini, pakaian yang layak, dan rumah tempat berlindung, serta pendidikan yang layak).

Setiap saya ingin mengeluh dan menyerah, saya selalu mengingat orang tua saya yang sudah bekerja banting tulang untuk menghidupi saya dan kedua adik saya. Terkadang saya menganggap ‘ah sudahlah, gak perlu dikerjain juga, gak perlu belajar buat apa juga?’ Tetapi saya kembali berpikir kira-kira apa dampaknya jika saya pasrah begitu saja? Mungkin beberapa kalimat atau video motivasi mengatakan ‘nilai tidak menjamin kesuksesan seseorang’ atau ‘sekolan tidak penting’ yang sempat mempengaruhi pemikiran saya yang membuat saya berpikir untuk tidak perlu belajar.

Salah satu hal yang mungkin menyadarkan saya adalah adik saya yang pengidap autisme. Ketika saya hendak pasrah dalam belajar kembali saya ingat ada dia yang harus saya jaga kelak. Terkadang saya berpikir kalau saya harus masuk sekolah negeri supaya tidak perlu membayar SPP dan sebagainya (mungkin sebagian orang juga berpikir seperti ini). Adik saya SPP sekolahnya cukup mahal, belum lagi biaya yang lain. Jika saya rajin belajar dan dapat masuk sekolah negeri, maka saya bisa membantu meringankan beban orangtua karena orang tua saya tidak harus mengeluarkan biaya banyak untuk saya.

Mungkin itu sekiranya jawaban dari saya. Terimakasih 😄

Saya lihat jawaban² yg lain banyak membahas tentang masalah programmer dengan dunia luar (dengan user / orang awam) yg tidak terlalu paham dengan scope profesi programmer. Saya cukup beruntung tidak terlalu punya banyak masalah dengan orang awam, dan user saya kebanyakan orang teknis juga, jadi mereka (umumnya) mengerti bagaimana harus berinteraksi dengan programmer.

Masalah yg saya anggap terbesar bagi saya adalah context switching.

Sumber: What Is Context Switching and How Does It Demotivate Programmers? – Simple Programmer

Ada banyak tips dan tricks di Internet tentang bagaimana mengatasi masalah context switching. But easier said than done. Kadang² context switching ini sulit dihindari:

• Sedang konsentrasi coding, mendadak ada eskalasi production issue. Production support team sudah mencoba troubleshoot, tapi tidak berhasil memecahkan masalah. Production issue, terutama di aplikasi yg dipakai trader, mendapat prioritas numero uno. Jadi kita harus kesampingkan semua yg sedang kita kerjakan, dan troubleshoot masalah sambil menenangkan trader yg marah² karena tidak bisa trading.
• Sedang konsentrasi coding, diminta review Git pull request oleh teman kerja yg JIRA-nya sudah overdue. Code-cut untuk new version release seharusnya kemarin, hari ini dia masih bugfixing. Kasiyan dong kalau kita tolak teman kerja yg stress diuber boss (dan besok² mungkin kita yg akan ada di posisi yg sama), jadi tinggalkan dulu pekerjaan kita, bantu review pull request sampai semua beres.
• Dan lain sebagainya.

Context switching itu debilitating. Memang betul bisa dikurangi dengan pola kerja yg disiplin, tapi tidak bisa sepenuhnya dihilangkan. Kalau context switching bisa sepenuhnya dihilangkan, hidup programmer itu akan seperti di Nirvana.

Foto album Nirvana hanya pemanis

Sekarang saya menggunakan Corsair K70 mk2 dengan switch Cherry MX Brown.

Kelebihannya yang membuat saya memilihnya adalah media keysnya yang lengkap. Ada tombol stop, play/pause, previous track dan next track. Antarmuka pengatur volume berupa roller yang intuitif dan enak digunakan.

Kemudian kelebihannya lagi bodinya cukup compact. Sebelum memiliki keyboard ini, saya memakai Ducky Shine 5; meski form factornya sama-sama full-size (108 kunci), K70 mk. 2 lebarnya lebih kecil (166x39x438mm vs 154x34x460mm), cocok untuk pengguna dengan ruang terbatas seperti saya.

Kabelnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya braided sehingga terkesan rapi, premium, dan aman. Kekurangannya sangat tebal dan fixed (non-removable), kalau terjadi apa-apa dengan kabelnya jadi harus diservis, tak bisa diganti kabel lain.

Bodinya berbahan brushed alumunium. Nah, ini bisa jadi kelebihan atau kekurangan. Kelebihannya sekali lagi kesan premiumnya dapat. Kekurangannya? Kalau grounding listrik Anda buruk, dia bisa nyetrum!

Keycapsnya tidak standar. Tidak 100% plug and play dengan set keycaps Cherry-form factor. Sebenarnya saya kurang suka dengan desain font yang digunakannya, terlalu tacky menurut saya. Tapi ya itu, karena tidak standar jadi tidak mudah diganti-ganti, dulu waktu pakai Ducky saya sering sekali ganti padahal.

Switchnya juga menjadi alasan saya memilih model keyboard ini. Pekerjaan saya menuntut saya banyak mengetik, dan saya punya hobi bermain video game di PC (kasus yang lumrah ya). Keyboard pertama saya adalah Ducky Shine 5 dengan switch Cherry MX Nature White, enak sekali buat main game FPS karena travelnya dangkal, jadi sangat responsif. Tetapi, ketika digunakan mengetik sangat tidak enak karena jadi sering typo. Keyboard kedua saya Ducky One dengan switch Cherry MX Blue, enak sekali untuk mengetik tapi berisik dan tidak enak untuk main game. Nah, Cherry MX Brown ini berada di tengah-tengahnya, feedback dan actuation force masih enak untuk mengetik, tapi tidak berat untuk main game.

Overall saya cukup puas dengan perbaikan kualitas hidup yang dibawakan keyboard ini. Namun, saya merasa harganya cukup mahal untuk nilai yang ditawarkannya. Saya merasa saya membayar terlalu banyak untuk fitur integrasi iCue yang tidak penting-penting amat buat saya.